Oleh : Dr.Andri, SpKJ *
Walaupun sudah sejak dikenal lama di dunia medis, kondisi kejiwaan yang disebut Depresi masih sering disalapahami oleh masyarakat. Seperti juga terminologi stres, masyarakat sering juga mencampurkadukan istilah stres, depresi, sedeng, miring, gila, tidak waras sebagai sesuatu yang mempunyai konotasi arti yang mirip walaupun tidak sama.
Dalam praktek sehari-hari, kadang pasien mengatakan saudara yang dibawanya berobat mengalami stres, atau depresi padahal setelah lebih lanjut dilihat dan diwawancara ini merupakan gejala gangguan jiwa berat skizofrenia yang sering disebut oleh awam sebagai kegilaan. Untuk itu, saya rasa perlu kita untuk sedikit mengetahui apa gejala depresi tersebut.
Tanda dan Gejala Depresi
Gejala di atas harus ada nyata selama tidak kurang dari 2 minggu dan telah mengganggu fungsi pribadi dan sosial dari individu. Gejala tersebut di atas harus diperhatikan tidak timbul akibat suatu kondisi penyakit tertentu atau pun penggunaan zat.
Benarkah karena Kurang Iman?
Penyebab depresi sampai saat ini tidak ada yang dapat memastikan. Salah satu yang pasti adalah adanya keterlibatan dari ketidakseimbangan sistem monoamine di otak. Suatu sistem yang mengatur kerja neurotransmitter di otak yang bernama Dopamin, Serotonin dan NorEphinephrine.
Sampai saat ini, hipotesis yang dikatakan salah satunya adalah terjadi penurunan kadar dan kerja dari sistem serotonin di sistem itu. Itulah mengapa pasien depresi diberikan obat antidepresan golongan SSRI atau Serotonin Selective Reuptake Inhibitor.
Masyarakat awam sering mengatakan orang yang depresi adalah orang yang tidak bersyukur, kurang imannya atau lemah jiwanya. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang berhasil membuktikan bahwa kalimat di atas benar. Kondisi depresi adalah sama seperti penyakit medis lain merupakan akibat dari ketidakseimbangan sistem di otak manusia.
Dalam praktek saya, banyak menemui pasien-pasien yang begitu taat beragama, rajin ke tempat ibadah namun kemudian menderita depresi karena ada faktor-faktor pemicu dan kondisi medis tertentu. Pada saat pasien mengalami depresi juga seringkali mereka merasa sulit untuk sembahyang dan berdoa. Kondisi ini memang sangat wajar sehingga tidak perlu orang yang mengalami kondisi ini malah semakin dicemooh atau dikatakan kurang imannya.